skriptorium beryl

literature & spiritual combination

March 20, 2009

Jenis Tulisan Fiksi

"Mengarag atau menulis fiksi apapun adalah pekerjaan yang mudah". Begitu kata Arswendo Atmowiloto, penulis skenario Sinetron Keluarga Cemara, dalam bukunya yang berjudul "Mengarang Itu Gampang", yang diterbitkan sekitar tahun 80-an. Mudahnya mengarang, terkait karena dalam mengarang yang dibutuhkan adalah imajinasi.

Dalam dunia fiksi kepekaan diasah habis-habisan, mulai dari kemampuan dalam memilih suatu kata (diksi), menyusun kalimat serta menyusun alur. Karena itu menulis fiksi kerap diungkap sebagai menulis sastra. Pandangan itu wajar karena dalam fiksi, penulis dihadapkan dengan persoalan tentang bagaimana menyusun kalimat seindah dan seapik mungkin. Dalam ilmu kejiwaan, menulis fiksi diungkap positif bagi kepribadian penulis. Karena dengan itu emosi-emosi yang tersimpan dalam diri penulis akan mendapat penyaluran secara positif. Tidak salah bila sorang bijak menasihati muridnya, "kenalilah dirimu dengan mengarang".

- Tulisan Puisi
Puisi, adalah karya fiksi yang usianya paling tua. Sebelum cerpen dan novel ditemukan, karangan fiksi yang pertama kali ditulis manusia adalah puisi. Para sarjana modern mengungkapkan hal itu karena sifat puisi sebagai karangan yang dekat dengan diri manusia. Kedekatan itu berkait dengan kesamaan sifat-sifat puisi dengan kecenderungan manusia di periode awal, yang cenderung bersifat ekspresif dan emotif.

Sebuah puisi dibuat biasanya untuk menyampaikan perasaan, atau imajinasi tentang sesuatu hal, kondisi emosi, atau kesadaran-kesadaran yang sifanya abstraks. Puisi adalah karangan yang menggunakan sedikit kata. Dan setiap kata dipilih didasarkan pertimbangan makna, bunyi dan pengucapannya. Karena itu puisi cenderung mengedepankan keserasian antara ketiga hal tersebut. Bagaimana makna, irama kata, dan bunyi pengucapan mampu tersusun secara harmoni dan serasi. Dari situlah puisi enak dibaca keras-keras di depan khalayak.
Sebagai contoh puisi Chairil Anwar:

Aku
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedang itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menambak kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga gilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

(Chairil Anwar: Dian Rakyat, Jakarta, 1993)


Pada puisi Chairil Anwar itu, mempunyai tiga unsur penting. Makna kata, irama kata, serta bunyi pengucapan tersusn begitu serasi dan kuat. Sangat berbeda dengan ungkapan emosi pada umumnya. Karena itu puisi kerap dinilai sebagai karya fiksi yang estetis. Karena di dalam menyimpan ketinggian nilai-nilai keindahan.

-Tulisan Cerpen
Cerpen atau cerita pendek adalah karangan yang berbeda dengan puisi. Cerpen selalu membutuhkan kata-kata jauh lebih banyak ketimbang puisi, meski jauh lebih sedikit ketimbang novel. Cerpen hampir mirip dengan novel. Tapi pengkisahan dalam cerpen berbeda dengan novel. Cerita dalam cerpen lebih banyak memusatkan pada situasi perasaan, atau kondisi-kondisi emosi yang dirasakan pembaca dan karakter tokoh, ketimbang alur cerita. Dan tulisan cerpen kerap pula memasukkan latar belakang, tema, pelukisan watak, serta dialog-dialog yang sifatnya pendek.

-Tulisan Novel
Di antara karangan fiksi yang ada, novel mungkin adalah karangan fiksi yang paling panjang halamannya. Novel biasanya punya alur cerita yang diungkapkan dengan aksi atau adegan-adegan, cara berbicara, suasana serta pikiran-pikiran para tokohnya. Selain memiliki alur cerita, novel juga memiliki tema: makna keseluruhan dari jalinan cerita yang ada, setting waktu, nada (irama cerita), karakterisasi atau pengembangan dari karakter-karakter yang ada, dan juga dialog.

Alur novel, secara umum bisa disederhanakan menjadi tiga hal: Pendahuluan Konflik, Klimaks Konflik, Ensing atau penyelesaian. Namun demikian terkadang terdapat pula novel yangtidak membuat penyelesaian apapun dari cerita yang dibuatnya.

(Disadur dari Agunk Irawan MN: Arti, "Cara Asyik menjadi Penulis Beken")

Secara keseluruhan dengn mudah dapat kita pahami bila kita sering bahkan intens dalam membaca puisi, cerpen, bahkan novel dan terus berlatih menuliskan ide liar yang ada dalam pikiran kita (baca: penulis).

0 comments:

Post a Comment